Bolos Kerja tapi Batal Jalan ke Kampung Merasa
Moment ini kebetulan terjadinya sudah cukup lama, sekitar
pertengahan tahun 2014. Sebenarnya di hari sebelumnya sudah terjadi satu
masalah di jalan yang menghubungkan antara desa Labanan dan office tempat kami
bekerja, yang mengakibatkan terganggunya lalu lintas kepulangan kami dari
office ke Labanan. Pada sore itu masalah tersebut sebenarnya belum seselai,
namun karena ada jalan pintas untuk menuju pulang ke desa Labanan sehingga
perjalanan pulang menjadi cukup lancar.
Keesokan harinya saya dan karyawan lainnya bersiap-siap
seperti biasa untuk berangkat bekerja. Subuh pukul 05.00 Wita adalah jam
keberangkatan bis yang mengantar kami ke office dan tambang. Awalnya tidak ada
kecurigaan, tidak lama kemudian kami mendapatkan informasi bahwa masalah
kemarin belum selesai. Dan kami diminta untuk menunggu kepastian sampai
beberapa jam kedepan apakah lanjut atau kembali ke rumah masing-masing. Namun
satu jam sudah berlalu, tetapi kabar terbaru kami masih belum lewat.
Kondisi tempat berkumpul sekarang sudah beruha menjadi
terang, dan semakin ramai. Kebetulan tempat berkumpul kami adalah pasar pagi di
desa Labanan pada waktu itu, sejarang sudah berpindah tempat. Pasar pagi
simpang empat Labanan saat itu sudah mulai dipadati oleh penjual sayur, buah, cireng, nasi kuning dan
bahan-bahan pokok lainnya. Pasar sayur ini terbilang ramai dikunjungi oleh
warga sekitar Labanan yang akan membeli kebutuhan sehari-hari.
Tampak belum ada tanda-tanda bis akan berangkat ke
tambang, daripada bengong kami gunakan waktu tersebut maka kami gunakan untuk
berbelanja apapun yang menarik dasana. Kebnyakan anak-anak pada beli pentol,
yang lain beli buah dan snack-snack serta gorengan. Setelah cukup lama menunggu
di sana, namun tampak belum ada juga informasi mengenai keberangkatan. Sebagian
dari kami banyak yang berpencar dan kembali ke mess ataupun kost masing-masing,
saya memilih ke kost teman-teman operator daripada kembali ke kost walaupun
kost saya hanya diseberang pasar tersebut.
Di kost kami habiskan waktu dengan menonton tv ataupun
bercengkrama dengan teman-teman lainnya. Karena saat itu masih di jam sarapan
pagi, sebagian dari kami memilih untuk sarapan nasi kuning yang dibeli di pasar
depan kost. Setelah kenyang sehabis sarapan, saya mendapatkan informasi dari
salah satu pengawas bahwa salah satu jalan bisa dilewati. Tidak lama berselang
jemputan telah tuba dibdepan kost. Saya, Elis, Marta, Anggih dan Pak Ali
sebagai driver langsung berangkat. Jalan yang kami lalui melewati desa Tumbit,
perjalanan itu merupakan perjalanan pertama saya di desa Tumbit.
Kondisi jalan
di desa tersebut boleh dibilang bagus karena hampir semuanya aspal. Pemukiman
warga cukup padat, sebelumnya saya sempat tidak percaya karena secara geografis
lokasi desa Tumbit berada jauh dari Labanan dan masuk area hutan. Kondisi
jaringan seluler juga mantap, fasilitas umum juga terbilang lengkap dari
sekolah, tempat ibadah, pustu dan lain-lain.
Perjalanan kami menuju arah barat dari desa Tumbit,
lumayan jauh sudah perjalanan kami lewati. Sebelum sampai di persimpangan
menuju ke arah tambang, kami mendapat informasi dari salah satu karyawan
perusahaan kami bekerja bahwa jalan masih diblokir dan belum bisa dilewati.
Tanpa pikir panjang, kamu langsung putar balik ke Labanan.
Di tengah perjalanan kami berencana ke desa Merasa,
hitung-hitung daripada suntuk di kost. Apalagi kampung Merasa merupakan salah
satu desa wisata di Kabupaten Berau. Kampung Merasa cukup jauh dari Labanan,
perjalanan sekitar 40 menit. Jalan ke arah Merasa bagus, karena melalui jalan
lintas propinsi yang beraspal mulus. Yang belum diaspal hanyalah jalan masuk ke
arah kampung Merasa dari jalan poros Kaltim. Penduduk asli Kampung Merasa
adalah suku dayak, untuk nama sub sukunya saya kurang paham.
Di merasa
kampungnya tidak terlalu luas namun cukup padat. Yang paling menarik perhatian
saya adalah sungai Kelay yang membelah kampung tersebut, sungainya luas dengan
air yang sangat bening. Yang pasti bikin ingin langsung becebur dan berenang
setelah melihat bersih dan beningnya air tersebut. Selain sungai ada beberapa
bukit dan gua kapur yang merupakan tempat wisata di daerah ini. Disini
acara-acara adat masih sangat sering dilaksanakan apalagi jika musim panen.
Namun acara yang paling terkenal di Merasa adalah acara pada akhir Desember dan
awal Januari setiap tahunnya, karena bertepatan dengan Natal dan Tahun Baru.
Sudah cukup jauh perjalanan kami, namun karena sesuatu
dan lain hal rencana kami batalkan. Kami langsung putar balik menuju ke
Labanan. Setelah sampai di Labanan kami berpencar ke kost atau mess
masing-masing. hemmm batal deh rencana jalannya...
Ahhhh kadang dlm perjalanan selalu ada hal yg membuat batal atau beralih ke tempat lain... :)
BalasHapusIya begitulah sepertinya hehehe.... terima kasih ya sudah berkunjung ke blog saya :)
Hapus